Pertualangan tersesat di hutan kalimantan



Setelah memperbaiki alternator mobil, saya membawa istri dan anak-anak ke tempat mertua tepatnya di arapura. Salah satu desa transmigrasi yang ada di kalimantan, untuk di ketahui antar desa transmigrasi di kalimantan sangat susah di tempuh, melewati bukit, hutan sawit, bebatuan dan becek, apalagi saat musim hujan. Di luar rencana ternyata waktu yang saya anggap cocok untuk berkunjung ke tempat mertua, bertepatan dengan hujan yang lebat. Yang mengakibatkan perubahan rute perjalanan, akibat jalan yang mau ditempuh rusak karena becek berat. Akhirnya terjadilah pertualangan tersesat di hutan kalimantan, dengan membawa semua anak dan istri. Walaupun saya asli orang kalimantan, dan memang masa kecil saya banyak di habiskan tinggal di pedalaman kalimantan. Tetapi karena banyak perubahan hutan menjadi lahan sawit, membuat saya bingung melihat kota yang sudah tidak alami. 

Nah ceritanya saya sampai tersesat di hutan, karena target perjalanan saya yang pertama adalah mampir ketempat rumah bibi yang nangkring di pinggir jalan yang akan saya lewati. Setelah mampir dengan sukses, saya masuk ke jalan pintas yang biasa saya lewati untuk menyingkat perjalanan ke tempat mertua. Sehingga waktu yang saya tempuh seharusnya tersisa 30 menit. Tetapi di luar dugaan ternyata jalan yang akan saya tempuh tidak bisa di lewati, karena becek berat. Akhirnya saya putar balik melewati jalan desa perigi yang pernah saya lewati sebanyak kurang lebih 3 kali pada tahun 2005. Tapi sejak tahun 2006 tidak pernah menggunakan jalan desa perigi lagi. Karena saya merasa yakin dan sok ke-PD an akan kekuatan ingatan saya, maka saya teruskan peralanan.
 

Ternyata selain rutenya yang jauh, jalan yang saya pilih tersebut memiliki medan yang lebih parah. Selain itu ternyata jalan yang pernah saya lewati di tahun 2005 sialm, sudah tidak pernah di pakai lagi. Hingga jalanan yang kami lewati seperti kota mati, karena jalanan hanya terlihat selebar jalan motor roda dua. Sayapun mencoba nekad karena sudah terlalu jauh untuk kembali, Dengan di iringi hujan lebat, dan mendung gelap, membuat istri dan anak-anak ketakutan. Jangan-jangan kami sudah tersesat, selain tersesat yang di kawatirkan adalah kondisi bahan bakar mencukupi perjalanan atau tidak.

Dengan rasa was-was saya nekad meneruskan perjalanan, walaupun banyak persimpangan, saya memilih jalan dengan patokan bukit raya tempat desa mertua berada, yang kadang bukitnya terlihat dan terkadang tertutup mendung. Dan akhirnya di ujung perjalanan saya menemukan sebuah desa H2, dengan begitu pertanda 30 menit lagi kami akan sampai di tempat orang tua istri. 

Dan perjalanan yang panjang tersebut sampai juga ke tempat tujuan. Tapi setelah menginap 2 hari di tempat mertua, kami kebingungan mencari rute untuk pulang karena hujan terus membasahi tanah kalimantan. Jika menggunakan rute keberangkatan, saya tidak yakin akan sampai ke rumah, karena jalan sebelumnya sudah rusak, apalagi  setelah di basahi dengan hujan deras selama 2 hari berturut-turut.
Akhirnya sang ipar menggambarkan rute baru yang belum pernah saya lewati sama sekali. Dengan medan jalan tanpa beraspal, yang di kelilingi pohon-pohon besar, dan katanya jika perjalanan berhasil maka akan tembus ke jalan kota beraspal di daerah desa pangkalan banteng, yang jarak dari pangkalan banteng ke rumah saya sekitar 1,5 jam saja. Belum hilang trauma akibat tersesat waktu keberangkatan, Kali ini saya harus nekad dengan rute yang belum pernah saya lewati dengan kondisi jalan yang belum di ketahui.
Di tengah jalan ternyata ada jalan yang beceknya sejauh 15 meter, saya cek ternyata kedalaman becek sampai menutupi ban mobil. Tapi saya tidak punya pilihan lagi maka sayapun nekad menerjang becek dan akhirnya.. Mobil pun berhenti berjalan, ban belakang berputar tapi tidak mendorong mobil untuk maju. Tapi gas mobil tidak saya turunkan, dengan harapan mobil bisa bergerak walaupun cuma 1 cm. Dan alhamdulillah..  sedikit demi sedikit mobil bergeser melewati medan becek tersebut. Perjalananpun di lanjutkan, tetapi tantangan di jalan masih belum selesai.. karena saya kecapean untuk menulis cerita pengalaman ini, makanya saya tutup sampai di sini aja. maaf...


Post a Comment

18 Comments

  1. horee...pertama. ternyata mas Payzo di kalimantan toh? deket dong dgn saya yg berada di jawa. hahah
    tp meski tersesat ada hikmah mas...meninggalkan kenangan yg sulit dijumpai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang deket koq mba.. saya sering ke jawa cukup 1 jam aja koq..

      Delete
  2. mas payzo selain pinter jadi montir ternyata sopir offroad juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pinter apanya.. pinter merusak iya... klo offroad sebenarnya senang, tapi klo bawa anak dan istri saya sendiri takut dan ngeri... saya belum pernah ikut offroad yang beneran koq

      Delete
    2. ah orang pinter pasti merendah. sudah pinter komputer samapi bisa buat tempe di komputer, pinter benahi rotor, sekarang keterampilan mengemudi diuji dan lulus,

      Delete
    3. Klo begitu nanti saya posting tentang meninggikan diri... hehhe

      Delete
    4. boleh mas yang penting jangan ujub lho ya

      Delete
    5. gara2 di bilang pinter saya jadi ujub nih.. makanya jangan memuji terus

      Delete
  3. seru baca ceritanya mas,memang benar-benar seperti petualangan, melewati becek, hujan2an, jalan sepi menyeramkan, jalan tak beraspal..haha.untung aja ditemani anak dan istri, kalau sendiri pasti lebih seram lagi :D
    untung aja bisa kembali sebelum bahan bakar habis..

    slm kenal mas payz0..

    ReplyDelete
    Replies
    1. tapi saya lebih lega jika anak dan istri gak ikut.. karena harta yang tidak tergantikan... salam kenal juga

      Delete
  4. iya Mas, saya ngeri kalo bahan bakar habis. untunglah, alhamdulillaah sudah terlewati problemnya ya.. siip

    ReplyDelete
  5. kita ke sulung ja pak, wkwkwkwkwk, beceknya gk parah, hahahahaha

    ReplyDelete
  6. Calon host acara Jejak Petualang nih... hehehehe xD

    ReplyDelete