Kemaren aku menemui tetangga yang sakit, terkulai lemas di pembaringan
salah satu ruangan rumah sakit. Biasanya aku jarang menjenguk orang sakit,
padahal sebenarnya aku mengetahui bahwa menjenguk orang sakit adalah salah satu
hak seorang muslim terhadap muslim lainnya.
Tapi untuk orang yang satu ini keinginan ku ingin menjenguknya sangat
kuat mengingat dia sosok yang suka membantu sesama, tanpa minta balasan. Cuma
sayangnya dari sisi semangat beribadah begitu kurang.
Seperti biasanya dia yang sedang ku jenguk adalah orang yang ceria dan
supel, Jadi semangat hidup masih terpancar seperti saat dia masih sehat bugar.
Melihat kondisi seperti itu aku memberinya semangat dengan ucapan, bahwa
"Dengan sakit yang engkau alami, InsyaAllah akan menghapus dosa, jika terus
bersabar....". Melihat kondisinya yang menurut pandangan ku sebagai orang
yang awam di bidang kesehatan, maka akupun pulang, dengan harapan semangat yang
ta curahkan akan terus mengalir di dirinya.
Sehari setelah aku menjenguknya terdengar kabar bahwa kondisinya semakin
parah bahkan seperti orang putus asa, karena dia ingin mengakhiri hidupnya
dengan harapan bisa bertemu dengan kedua orang tuanya yang telah lebih dulu
meninggal dunia. Berita ini menimbulkan 2 hal dalam pikiranku :
YANG PERTAMA, aku membayangkan apa yang dia rasakan sehingga mengambil keputusan untuk
mengakhiri hidupnya. Mungkin inilah
rasanya jika seseorang sudah merasa sakit yang tak kunjung sembuh hingga ingin
cepat berakhir dengan cara mengakhiri hidupnya. Padahal dengan niat putus asa,
bisa menyebabkan kita mendapat adzab yang pedih di dalam neraka. Memang kalau
mendengar kata neraka di saat sehat mungkin rasanya kata "neraka"
tidak begitu menakutkan karena saking seringnya mendengar kata tersebut. Tetapi
bagaimana jika kita di ambang kematian. Maka nasehatku untuk diri sendiri dan
yang merasa butuh nasehat, teruslah bersabar dan menerima setiap kondisi yang
ada. Karena sebenarnya di kondisi kita dalam keadaan sakaratul maut, para setan
semakin gencar memberikan rayuannya agar kita masuk kedalam golongan yang
merugi di hari menjelang sakaratul maut.
YANG KEDUA, menduga setelah kematian kita akan bahagia karena bertemu dengan kerabat
yang telah mendahului kita. Subhanalloh... Film-film yang menceritakan
kehidupan setelah kematian telah meracuni bani adam. Kebanyakan orang-orang
merasa setelah di cabutnya nyawa akan membawa kita bisa bertemu dengan kerabat,
orang tua. Ya ALlah... ketahuilah kita mati prosesnya saja sangat menyakitkan.
Setelah itu kita masuk ke dalam kubur dengan kondisi gelap gulita. Mungkin jika
anda ingin mendapatkan gambaran yang jelas kondisi di dalam kubur. Bisa mencoba
masuk kedalam lubang yang sempit dan tertutup tanpa cahaya. Lalu orang yang
masuk dalam kubur akan di kunjungi para malaikat yang memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang dari setiap jawaban yang kita lontarkan akan menyebabkan nikmat tidaknya
hidup di alam kubur. Kondisi berkunjungnya para malaikat itu sangat mencekam...
Tidak ada teman, dalam kondisi gelap gulita. Lalu bagaimana nasib bagi yang lalai
tidak beribadah kepada Allah...??? Jika anda masuk kepenjara dan di pukuli oleh
para sipir tanpa istirahat setiap harinya. Maka kondisi di alam kubur lebih
parah dari itu. Jika sehari di penjara serasa seminggu, maka sehari di siksa di
alam kubur lebih dari ribuan tahun. Bayangkan rasa putus asa di dalam sel
penjara, yang kemungkinan di suatu hari masih bisa bebas. Bagaimana kondisi di
alam kubur yang kehidupannya akan di lanjutkan ke alam akhirat, yang akan lebih
mengerikan lagi bagi yang tidak taat.
Jadi ... jangan sekali-kali beranggapan bahwa kehidupan setelah kematian
kita akan lebih baik, bisa bertemu
keluarga, bermain, seperti halnya kehidupan dunia. Di alam kubur itulah pintu
kita menuju ke kehidupan bahagia abadi atau adzab yang pedih tanpa toleransi
jam istirahat. Di alam kubur itulah kita menyadari apa yang telah kita perbuat
di dunia itu baik atau buruk.
Marilah kita koreksi diri dan amal ibadah. Bagi yang merasa amal ibadahnya
sudah banyak, sebaiknya di koreksi lagi apakah ibadah yang di amalkan memang
ibadah yang di akui oleh Allah atau hanya sebatas dugaan kita belaka. Kalau
hanya sebatas dugaan saja maka bersiaplah setelah kematian kita akan di anggap
telah bermaksiat kepada ALlah, yaitu berani menjadi tuhan untuk membuat amal
ibadah sendiri, dimana sebenarnya untuk menentukan tata cara amal ibadah adalah
Hak Allah semata.
Bagi yang ibadah nya sudah banyak dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan
Al-Hadist, maka di teliti niatnya, jaga tawadhunya dan bersabar di atas
ketaatan dan juga dalam menjauhi kemaksiatan..
Akhirnya tetanggaku tersebut meninggal dunia. Bayangkanlah jika anda menjadi dia, apa yang sedang dia hadapi saat ini...????
7 Comments
jika dipikir pikir jauh.kematian itu bukan akhir dari kehidupan ya,karena masih ada kehidupan yang akan kekal selamanya
ReplyDeletebetul kang.. kehidupan ini lelah..nanti bakal lebih lelah lagi jika hidup dengan hura2
DeleteMerinding saya membaca tulisan ini
ReplyDeleteSemoga kita saling mengingatkan tentang hari "esok"
siip lah kang
Deleteiya Mas, kalo mengingat kematian, selalu saya akan bilang belum siap.
ReplyDeletepadahal itu bisa kapan saja merenggut kita
OK, yuk kita bareng2 fastabiqul khairat menjauhi kemaksiatan
mari kang ajak teman tetangga...
Deleteserem pak bacanya. kehidupan itu tidak ada akhirnya, kematian hanyalah perubahan bentuk dari suatu kehidupan ke dalam bentuk kehidupan lain
ReplyDelete