Bidan Kampung VS Bidan Rumah Bersalin

Bidan Kampung VS Bidan Rumah Bersalin
Di bulan akhir, sang istri tercinta merasakan sakit yang berbeda dengan masa-masa yang lalu. Dengan kondisi seperti itu membuat saya bersikap mencek kondisi istri lebih dari satu sumber. Karena saya termasuk orang yang susah untuk menerima sumber ilmu hanya dari satu orang, lalu dari ilmu yang di bagikan akan saya jadikan bahan tesis untuk menyimpulkan dari permasalahan yang saya hadapi. Saya tidak meremehkan orang yang tidak memiliki lisensi kedokteran atau bukti tersurat bahwa orang tersebut memiliki keahlian tertentu, Seperti bidan kampung. Saya juga tidak mudah untuk menerima info yang di berikan oleh pakar kesehatan yang memiliki bukti surat yang menyatakan bahwa dia adalah seorang yang ahli, Sepeti dokter atau bidan rumah bersalin.

Malam itu di mulai dari bidan kampung langganan kami, untuk mengecek kondisi bayi di dalam kandungan dengan versi dan gaya orang kampung (* bukan dukun mantra-mantraan loh, cuma dukun beranak..) saya memilih dia karena melihat dari sisi pengalaman yang telah beliau lalui untuk menghadapi berbagai macam kasus kehamilan. Menurut saya apalah gunanya teori dan izajah jika pengalaman belum pernah di lalui. Dan alhamdulillah setiap istri pijat dan berkonsultasi ke bidan kampung maka kondisi sang istri langsung terasa nyaman. Tetapi hal tersebut tidak berjalan lama, karena sang istri aktif dengan urusan dapur atau juga mungkin kali ini kasus yang di alami istri agak berbeda dengan kasus yang sebelumnya. Akhirnya saya pun mengajak istri untuk mencek ke rumah bersalin yang katanya di penuhi oleh para pakar kehamilan dan kandungan, walaupun usia mereka jauh lebih muda dari bidan kampung yang saya datangi kemaren. Dengan perlakuan sok pintar dan bertanya tentang ini dan itu, hasilnya mereka sibukkan kami dengan prosedur. Hmm.. saya pikir mereka kan cuma manusia yang kebetulan otaknya sudah lulus dari kebidanan selama 3 tahun atau 4 tahun... dan saya juga manusia yang punya otak. (sok pinter nih ceritanya... hehe..). Karena ribet urusan dan info yang di hasilkan juga kurang memuaskan kamipun pindah ke rumah bersalin yang lain, dengan hasil yang sama pula.

Akhirnya kami datangi dokter teman pengajian, ternyata sarannya juga lebih baik cek ke rumah bersalin dari pada bidan kampung. Semua data dan info saya kumpulkan, masih belum jelas bagaimana kondisi yang sebenarnya terjadi pada istri saya. Katanya biar jelas maka datang aja ke dokter kandungan dengan menggunakan alat USG. Saya dan istri memang sepakat jika dokter kandungannya laki-laki maka haram bagi kami untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Kami pun mencari info apakah ada dokter wanita yang bisa menjalan kan USG...? Ternyata ada satu orang wanita yang barusan selesai kursus USG, Tetapi sebelum memeriksa ke dokter wanita tersebut saya pun mencoba untuk cek lagi ke seorang pensiunan bidan, dan alhasil bidan tersebut menyatakan bahwa bayi kami kembar, hanya dengan menyentuh empat titik di perut istri. Dan dia melontarkan kata-kata yang membuat semangat hidup menjadi sirna. Sang istri lemes dan ketakutan karena merasa amal ibadah belum di persiapkan. Sayapun juga begitu, yang saya takutkan bukan kematian tetapi bayangan pertanggungjawaban setelah kematian...("Ya Allah...") Kami di suruh operasi malam itu juga oleh bidan tersebut. Jujur... malam itu saya sudah setres berat, kepala sudah gak bisa berpikir jernih... soalnya kalau operasi selain biayanya bisa sampai 20 jutaan, sang istri pasti akan di colek-colek para dokter laki-laki.... Akhirnya kami pulang dan selama di jalan kami bingung mau kemana...sang istri diam dengan menahan kesedihan akibat dari ucapan ceplas-ceplos sang bidan. 

Karena istri juga tidak mampu untuk mengambil keputusan karena galau berat. Maka saya tegaskan dan memohon kepada Allah.." Ya Allah.. hamba menjalankan syare'at semampu hamba.. hamba berusaha menjaga aurat istri hamba.... sampai kapanpun akan tetap hamba jaga..." akhirnya saya putuskan kembali kebidan kampung. dan setelah kami bercerita yang di sampaikan bidan pensiunan tadi, maka bidan kampung membantahnya bahwa yang di sentuh adalah siku dan lutut, sehingga seperti banyak. Info yang di berikan bidan kampung tersebut, ternyata bisa menghilangkan setres dan galau yang kami alami. Akhirnya kami pulang dengan hati lega. 

Tetapi pada suatu malam istri kembali mengeluh kesakitan, saya kawatir itu adalah saatnya untuk melahirkan, tetapi istri melarang untuk memanggil bidan, akhirnya rasa sakit di nikmati sampai menjelang datangnya pagi. dan Alhamdulillah sakitnyapun mulai berkurang. Setelah saya pulang kerja di hari jum'at maka saya kembali mengajak istri untuk cek USG ke dokter wantia di rumah bersalin. Dan setelah di cek hasil USG menyatakan bayinya sehat dan akan melahirkan paling lama 27 Desember. Kami pun menjadi tambah lega, ternyata info antara bidan rumah bersalin dan bidan kampung lebih valid bidan kampung... Setuju gak....???

Ee.. tunggu dulu, selang seminggu kemudian sang istri kembali merintih kesakitan, sayapun langsung membawanya ke rumah bersalin jam 10 malam lewat. Untungnya semua anak-anak pada tidur di rumah neneknya. Sampai di rumah bersalin ternyata sudah pada tutup, ketika mau pulang, ternyata ada yang membukakan pintu rumah bersalin tersebut, dan sang istri langsung di ajak masuk keruangan bersalin, dengan hati dag..dig..dug... selama kurang lebih setengah jam mendengar erangan istri... dengan air mata saya istighfar memohon ampun segala dosa saya, akhirnya keluar lah suara khas bayi yang sedang nangis... Allhamdulillah... lega dan masih tegang... ternyata....eh.... sang istri di marahi bidan... rasanya ingin saya dobrak ruang bersalin yang dikunci tersebut... tau gak kenapa di marahi..??.. ternyata sang bidan ketakutan.. waduuhhh... takut apa sih...

Ternyata setelah 10 menit melahirkan istriku melahirkan anak yang kedua... Allahhhuu Akbarrr..!!! Padahal saya dan istri tidak ada keturunan kembar. Antara bahagia , kawatir dan kesel bercampur aduk. Dan kebahagiaanpun bertambah karena bayi kami berjenis kelamin laki-laki yang memang di harapkan selama ini... Saya pun tidak peduli lagi dengan semuanya yang penting istri dan bayi sehat. Alhamdulillah....

Ini photo nya...
Klik show untuk melihat

Post a Comment

14 Comments

  1. alhamdulillah mas pay...
    perasaan saya ketika anak saya lahir, seneng , kesel, bahagia dan capek jadi satu...tapi intinya seneng.
    eh alhamdulillah juga anak laki-laki dan kembar pula.
    ini bukan fiksi kang mas ?
    hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak lah kang.. ini cerita asli... biasanya klo saya dapat kebahagiaan atau bencana saya gak mau cerita.. tetapi kali ini kasus yang berbeda... jadi ceritanya saya share di blog ini... lahir 1 hari sebelum hari ibu...

      Delete
    2. sudah aqiqoh kang, lumayan ya 4 ekor kambing hehe...

      Delete
    3. iya nih InsyaAllah hari jum'at ni pas hari ke 7.. 4 kambing langsung... ni lagi nyari utangan.. 4 kambing = 10 juta . hehehehe...

      Delete
    4. adul adha sudah lewat kok masih mahal ya mas..

      Delete
    5. ya itu belum upah potong....
      coba ada bantuan dari KPK ya hihihi... ngarep..

      Delete
  2. Subhanallaaahh, selamat yah :)
    Dedenya kembar pulak tuh, lucunya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. allhamdulillah.. lucu kayak bapaknya ya.. hihihii (ngaku"..)

      Delete
  3. Alhamdulillah, ikut senang mendengar ini, bidan bagaimanapun juga manusia ya kang ada yang bisa menyejukkan pasien dan sebaliknya ada yang bisa menambah stres pasien.
    selamat aja deh kang semoga anak-anaknya jadi soleh/sholehah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiinn. . terima kasih atas do'a nya... lega setelah 9 bulan...

      Delete
    2. iya kang saya juga pernah merasakan ketika istri juga dalam kondisi seperti itu

      Delete
    3. Alhamdulillah di beri kesehatan ya kang...

      Delete
  4. lahir tanggal 21 Desember?
    alhamdulillaah, saya ikut bersyukur dan bahagia.
    semoga ananda kelak menjadi generasi yang shalih, hebat, dan pintar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin seperti kang zaflaz dan anak-anaknya pada pinter"...

      Delete