Dan sekarang guru sudah mulai di perhatikan dan di beri harapan dengan adanya tunjangan sertifikasi untuk meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan mutu pendidikan. Karena dengan adanya tunjangan sertifikasi guru di harapkan bisa lebih fokus mengajar di kelas, tidak lagi mikirin ojek.
Tetapi ternyata tunjangan sertifikasi hanya di manfaatkan oleh oknum tertentu termasuk guru itu sendiri. Dengan adanya tunjangan sertifikasi maka guru yang malas menjadi "rajin" (maksudnya rajin mengakali sistem) sehingga dengan kerja yang sama (dengan sebelum sertifikasi) tapi juga bisa mendapat tambahan tunjangan. Sehingga tujuan sertifikasi untuk meningkatkan mutu tidak bisa tercapai dengan kondisi guru seperti ini.
Nah bagi guru yang memang rajin dan jujur, maka permasalahan mereka adalah perjuangan untuk mendapatkan tunjangan dengan cara yang halal. Karena ternyata tunjangan sertifikasi tidak bisa di uangkan jika belum mengajar minimal 24 jam. Nah yang jadi permasalahan adalah guru yang bersangkutan sudah mengajar 24 jam perminggu, tetapi masih ada kendala, yaitu di bagian operator yang menginput data guru tersebut. Jika operatornya tidak mood dengan guru yang bersangkutan maka beresiko data guru sertifikasi akan di hapus atau di salahkan, sehingga dana sertifikasi juga tidak bisa di cairkan untuk guru yang sudah berjuang 24 jam mengajar, dengan alasan data PTK nya tidak valid.
"Haduuuuhhh.."
Sekiranya sudah di beri senyuman dan amplop kepada operator agar mau mengerjakan tugasnya, maka masih ada masalah lagi, yaitu dari pihak dinas yang bertugas untuk memfilter guru-guru yang layak untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi. Jika petugas dinasnya juga tidak mood gimana...????
Intinya ada 3 pintu yang harus di perrjuangkan oleh setiap guru agar dapat menikmati tunjangan sertifikasi, yaitu :
1. Syarat jam mengajar minimal 24 jam perminggu.
2. Input data yang benar dari tangan operator.
3. Semangat petugas dinas untuk membantu guru agar mendapatkan tunjangan.
Huuuh... Repot ya.... kayaknya banyakkan pengeluaran dari pada pemasukkan sertifikasi. Makanya para guru sudah mulai jenuh nih dengan adanya sertifikasi. Mendingan cari pendapatan sampingan lagi yaitu jadi tukang ojek atau jadi pemulung atau.... Hidup guru... pahlawan tanpa jejak.. yang penuh beban...
Saya berharap adanya kasus pencabulan dari oknum guru bukan karena gara-gara sertifikasinya tidak cair ya.... (peace..!!)
(cieee curhat ni ye...)
Tetapi ternyata tunjangan sertifikasi hanya di manfaatkan oleh oknum tertentu termasuk guru itu sendiri. Dengan adanya tunjangan sertifikasi maka guru yang malas menjadi "rajin" (maksudnya rajin mengakali sistem) sehingga dengan kerja yang sama (dengan sebelum sertifikasi) tapi juga bisa mendapat tambahan tunjangan. Sehingga tujuan sertifikasi untuk meningkatkan mutu tidak bisa tercapai dengan kondisi guru seperti ini.
Nah bagi guru yang memang rajin dan jujur, maka permasalahan mereka adalah perjuangan untuk mendapatkan tunjangan dengan cara yang halal. Karena ternyata tunjangan sertifikasi tidak bisa di uangkan jika belum mengajar minimal 24 jam. Nah yang jadi permasalahan adalah guru yang bersangkutan sudah mengajar 24 jam perminggu, tetapi masih ada kendala, yaitu di bagian operator yang menginput data guru tersebut. Jika operatornya tidak mood dengan guru yang bersangkutan maka beresiko data guru sertifikasi akan di hapus atau di salahkan, sehingga dana sertifikasi juga tidak bisa di cairkan untuk guru yang sudah berjuang 24 jam mengajar, dengan alasan data PTK nya tidak valid.
"Haduuuuhhh.."
Sekiranya sudah di beri senyuman dan amplop kepada operator agar mau mengerjakan tugasnya, maka masih ada masalah lagi, yaitu dari pihak dinas yang bertugas untuk memfilter guru-guru yang layak untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi. Jika petugas dinasnya juga tidak mood gimana...????
Intinya ada 3 pintu yang harus di perrjuangkan oleh setiap guru agar dapat menikmati tunjangan sertifikasi, yaitu :
1. Syarat jam mengajar minimal 24 jam perminggu.
2. Input data yang benar dari tangan operator.
3. Semangat petugas dinas untuk membantu guru agar mendapatkan tunjangan.
Huuuh... Repot ya.... kayaknya banyakkan pengeluaran dari pada pemasukkan sertifikasi. Makanya para guru sudah mulai jenuh nih dengan adanya sertifikasi. Mendingan cari pendapatan sampingan lagi yaitu jadi tukang ojek atau jadi pemulung atau.... Hidup guru... pahlawan tanpa jejak.. yang penuh beban...
Saya berharap adanya kasus pencabulan dari oknum guru bukan karena gara-gara sertifikasinya tidak cair ya.... (peace..!!)
(cieee curhat ni ye...)
3 Comments
kalo guru sih banyak liburnya Mas, bisa buat konsen bisnis tuh pas liburan. hehe
ReplyDeletebisnis jual beli... modalnya nunggu tabungan hasil ojek hahaha..
Deletetergantung profesi apa yang mau kita jalani mas. hehehe..
ReplyDelete