
Apakah anda tau apa itu kurikulum pendidikan..? Kalau anda seorang yang bergerak di dunia pendidikan maka bisa di pastikan mengetahui apa itu kurikulum... Bagi yang tidak tau akan kita bahas tentang apa itu kurikulum. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan
yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat
mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap
jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta
kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu
kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem
pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat
mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam
kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Jelaskan apa itu kurikulum... intinya kurikulum itu di bebankan kepada tenaga pengajar saja, dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tujuan yang ingin di capai Tapi apa benar kebijakan kurikulum itu untuk meningkatkan mutu pendidikan atau hanya untuk bahan politik atau kepentingan pribadi..? Sebelum kita mencoba untuk menjawab dari pertanyaan tersebut ada baiknya kita gambarkan kondisi dunia pendidikan yang berselimutkan kurikulum yang "super genius ini".
Di dalam sebuah kurikulum setiap guru idealnya, wajib untuk membuat perangkat-perangkat sebagai berikut :
- Menyusun silabus, yang di dalamnya ada kompetensi inti dan kompetensi dasar juga ada indikator. (pusingkan apa itu kompetensi inti dan dasar..? gak usah di bahas itu hanya sebuah istilah yang supaya agak kelihatan pintar dan keren..)
- Menyusun RPP (rancangan pengajaran dan pembelajaran) ini harus di buat setiap pertemuan, bukan perhari, jadi kalau dalam sehari ada 3 kali pertemuan maka harus buat RPP sebanyak 3 exemplar. Satu RPP yang ideal sesuai dengan format yang benar, menghabiskan 10 lembar sampai dengan sistem penilaian dan evaluasi. Singkat kata RPP ini adalah skenario pada saat proses pembelajaran... ckckckck... bisa di bayangkan ya, betapa hancurnya kehidupan seorang guru, seakan-akan di haramkan untuk mengurus urusan rumah dan anak-anaknya sendiri.
- Menysusun PTK (penelitian tindakkan kelas). Ini seperti skripsi, harus di buat selama satu tahun dan biasanya yang melakukan riset PTK adalah seorang yang bertitel profesor, tetapi kali ini di limpahkan kepada semua guru jika ingin naik pangkat.
- Menyusun KKM, sebagai bentuk hasil dari analisis nilai dari setiap evaluasi yang di lakukan.
Dan masih banyak lagi yang harus di lakukan oleh seorang guru, yang selama ini anda ketahui hanya sebatas membagikan ilmunya di depan kelas. Padahal hhh.. Sekarang bisa anda bayangkan apakah sebuah kurikulum yang dibentuk memang bisa menyebabkan meningkatnya mutu pendidikan atau malah menghancurkan dunia pendidikan. Jika sebuah mesin masih di rawat dan di jaga jam bekerjanya, lalu bagaimana dengan guru yang hanya seorang manusia. Apakah setelah sekian banyak kewajiban selain mengajar yang di limpahkan kepada guru, masih dapat membuat guru bisa fokus kepada anak didiknya...?
Belum selesai penderitaan para guru, setiap mentri pendidikan berganti, maka berganti pula kebijakkan kurikulum, Dulu ada yang namanya kurikulum 2004 ( yang sebelumnya sudah ada kurikulum-kurikulum yang mendahuluinya) lalu berubah dengan nama kurikulum KTSP pada tahun 2006 yang di targetkan akan di laksanakan seluruh indonesia maksimal sampai tahun 2015, tetapi belum selesai 2015 sudah ada kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Dan setiap guru wajib menyesuaikan diri dengan setiap kurikulum yang di bentuk.
Kurikulum sebenarnya di bentuk untuk membantu memajukan dunia pendidikan tetapi setiap kebijakkan yang ada tidak mempertimbangkan kondisi orang-orang yang ada di lapangan yaitu guru. Melihat begitu bernafsunya pembentukan kurikulum-kurikulum yang baru membuat kita bertanya-tanya... "Apakah Kurikulum pendidikan untuk kepentingan umum atau Pribadi..?" Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya anda jawab dulu
1. Kenapa tidak di buat perbandingan antar kurikulum atau metode di masing-masing daerah..? Atau buat dua bagian Indonesia barat menggunakan kurikulum (tanpa silabus, tanpa RPP, tanpa PTK) dan Indonesia timur bebas tanpa kurikulum (tanpa beban RPP, silabus, dan sejenisnya) hanya terikat kepada Indikator yang ingin di capai. ? Dan lihat hasilnya, lalu gunakan jenis yang mana..? Jika tidak ingin menggunakan sistem perbandingan seperti ini maka bisa di simpulkan, bahwa kurikulumnya untuk siapa..?
2. Kenapa setiap kurikulum yang dibentuk belum sempat terlihat hasilnya sudah ganti dengan kurikulum baru, seiring dengan bergantinya mentri. ?
3. Masih ingat tentang seorang Prof. Yohanes Surya PhD yang berhasil mendidik anak-anak dari irian jaya dalam waktu 6 bulan, yang seharusnya membutuhkan waktu 6 tahun..? Apakah beliau menggunakan sistem kurikulum yang berlaku, atau apakah dia menggunakan RPP atau silabus.. Jawabannya tentu tidak, beliau berhasil karena cara dia mengajar tidak terikat dengan aturan, melainkan terikat dengan kebutuhan dan psikologis anak, dan apakah setiap daerah memiliki jenis dan sifat anak-anak yang sama..? lalu bagaimana dengan kurikulum yang mengharuskan seluruh Indonesia menerapkan dengan metode yang sama, tidak memperdulikan aspek geografis, aspek psikologis dan lain-lain..?
Silahkan anda jawab sendiri, tulisan ini hanya akan sebatas tulisan dari rakyat kecil, yang tidak akan menjadi bahan pertimbangan oleh orang-orang yang memang mampu untuk menimbang setiap kebijakkan, wasalam.
2 Comments
setiap ganti rejim kurikulumpun berganti, capek deh ya kang
ReplyDeletetapi nggak capek sebagai proyek hehe...
hehehe.. ya gitu deh kayaknya
Delete