
Yang menarik buat saya adalah, beliau mengatakan bahwa orang
Indonesia itu cerdas, jika diberi kesempatan dan dilatih dengan baik.
Beliau mengatakan,”tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode
yang benar.” Untuk membuktikan pendapatnya ini, maka beliau pergi ke
Papua untuk mencari murid yang paling bodoh, yang paling sering tinggal
kelas, yang tidak bisa menjumlahkan, pokoknya yang bodohnya tak
ketulungan lah kata orang Jakarta. Mereka dibawa ke Jakarta, dalam tempo 6 bulan anak anak itu sudah
menguasai pelajaran kelas 1 sampai kelas 6 SD. Ada satu orang anak yang
sudah 4 tahun tinggal kelas di kelas 2 SD, dilatih kemudian menjadi juara nasional untuk olimpiade matematika, dan juga menjadi juara lomba membuat robot tingkat nasional.
Banyak dari antara anak anak papua yang paling bodoh itu, yang
kampungnya paling terpencil, dimana semua orang masih pakai koteka,
setelah di latih oleh guru yang baik dan metode yang benar, setelah di
beri kesempatan, maka pada tahun 2011, anak-anak itu menjadi juara Olimpiade Sains dan Matematika Asia , dengan merebut emas, perak dan perunggu.
Nah... lalu bagaimana dengan kondisi siswa-siswa yang di nilai bodoh oleh para gurunya, siswa yang selalu mendapat nilai rendah yang memalukan keluarga, masyarakat dan negaranya...? Apakah pantas seorang guru yang mengaku menguasai sebuah bidang mata pelajaran tetapi tidak bisa membuat siswa paham atas ilmu yang di akui sebagai pakarnya di bidang tersebut... Lalu menyatakan sebab kegagalan sebuah pendidikan di karenakan anaknya yang bodoh, susah untuk menerima penjelasn materi...?
Sebagai seorang guru, maka guru tersebut seharusnya menguasai selain bidang materinya tetapi juga memahami metode yang benar agar semua siswa dari kalangan yang pintar sampai yang paling bodoh dapat dengan mudah menyerap ilmu yang di ajarkan. Tidak hanya mengandalkan masuk dan mengajar sesuai waktu, tanpa melihat dampak dan hasil dari proses pembelajaran yang dia ajarkan. Saya sangat sedih dan kecewa ketika melihat seorang guru dengan lantang bahwa kegagalan seorang siswa di sebabkan oleh kebodohan siswa tersebut, lalu meminta pujian dan tunjangan sebagai jerih payahnya karena telah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.
Makanya terkait dengan tunjangan sertifikasi seharusnya tidak di berikan kepada sembarang guru (tenaga pengajar) tetapi tunjangan sertifikasi hanya di berikan kepada guru yang berhasil mendidik anak dari yang bodoh menjadi berprestasi. Bagi yang merasa ingin mendapatkan tunjangan sertifikasi maka guru tersebut harus membuktikan hasil pengajaran yang telah dia berikan kepada siswa, tidak hanya sekedar manipulasi nilai raport, tetapi bukti dari kejuaran dari lomba kecerdasan yang di ikuti oleh siswa yang di ajar.
Tidak akan ada anak yang bodoh jika gurunya pintar dalam menyampaikan materi, dengan metode yang mudah untuk di pahami dan diterima oleh semua siswa, Jika anak-anak Papua bisa menjadi juara olimpeade fisika, juara olimpiade matematika, Juara membuat robot, maka semua anak-anak Indonesia yang paling bodoh sekalipun diseluruh nusantara, jika diberi kesempatan dan dibimbing dengan metode yang benar, maka sangat mungkin menciptakan 30000 doktor yang tersebar diseluruh Indonesia, ketika itu terjadi maka kemajuan negeri kita akan sama dengan USA, bahkan seperti pelajar Indonesia yang juara Olipiade Fisika, maka kita bisa jadi juara dunia, semua mungkin jika kita berusaha.
Yang nama pelajar tentu untuk belajar dari yang tidak tau menjadi tau, dan yang namanya pengajar tentu untuk mengajar para pelajar dari yang tidak diketahui menjadi tau. Lalu jika pelajar tetap tidak paham dan tidak tahu dalam sebuah materi pelajaran..? siapa yang bodoh..? Guru yang bodoh atau siswa yang bodoh..

Nah... lalu bagaimana dengan kondisi siswa-siswa yang di nilai bodoh oleh para gurunya, siswa yang selalu mendapat nilai rendah yang memalukan keluarga, masyarakat dan negaranya...? Apakah pantas seorang guru yang mengaku menguasai sebuah bidang mata pelajaran tetapi tidak bisa membuat siswa paham atas ilmu yang di akui sebagai pakarnya di bidang tersebut... Lalu menyatakan sebab kegagalan sebuah pendidikan di karenakan anaknya yang bodoh, susah untuk menerima penjelasn materi...?
Sebagai seorang guru, maka guru tersebut seharusnya menguasai selain bidang materinya tetapi juga memahami metode yang benar agar semua siswa dari kalangan yang pintar sampai yang paling bodoh dapat dengan mudah menyerap ilmu yang di ajarkan. Tidak hanya mengandalkan masuk dan mengajar sesuai waktu, tanpa melihat dampak dan hasil dari proses pembelajaran yang dia ajarkan. Saya sangat sedih dan kecewa ketika melihat seorang guru dengan lantang bahwa kegagalan seorang siswa di sebabkan oleh kebodohan siswa tersebut, lalu meminta pujian dan tunjangan sebagai jerih payahnya karena telah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.
Makanya terkait dengan tunjangan sertifikasi seharusnya tidak di berikan kepada sembarang guru (tenaga pengajar) tetapi tunjangan sertifikasi hanya di berikan kepada guru yang berhasil mendidik anak dari yang bodoh menjadi berprestasi. Bagi yang merasa ingin mendapatkan tunjangan sertifikasi maka guru tersebut harus membuktikan hasil pengajaran yang telah dia berikan kepada siswa, tidak hanya sekedar manipulasi nilai raport, tetapi bukti dari kejuaran dari lomba kecerdasan yang di ikuti oleh siswa yang di ajar.
Tidak akan ada anak yang bodoh jika gurunya pintar dalam menyampaikan materi, dengan metode yang mudah untuk di pahami dan diterima oleh semua siswa, Jika anak-anak Papua bisa menjadi juara olimpeade fisika, juara olimpiade matematika, Juara membuat robot, maka semua anak-anak Indonesia yang paling bodoh sekalipun diseluruh nusantara, jika diberi kesempatan dan dibimbing dengan metode yang benar, maka sangat mungkin menciptakan 30000 doktor yang tersebar diseluruh Indonesia, ketika itu terjadi maka kemajuan negeri kita akan sama dengan USA, bahkan seperti pelajar Indonesia yang juara Olipiade Fisika, maka kita bisa jadi juara dunia, semua mungkin jika kita berusaha.
Yang nama pelajar tentu untuk belajar dari yang tidak tau menjadi tau, dan yang namanya pengajar tentu untuk mengajar para pelajar dari yang tidak diketahui menjadi tau. Lalu jika pelajar tetap tidak paham dan tidak tahu dalam sebuah materi pelajaran..? siapa yang bodoh..? Guru yang bodoh atau siswa yang bodoh..
11 Comments
mas pay betul juga, membuka mata saya tentang guru dan murid. Hubungan keduanya sering saya jumpai adalah bottom up, artinya murid yang menjadi subyek, sedangkan gurunya santai-santai muridnya suruh belajar, baca, beli buku. Coba kalau guru di indonesia kayak mas pay semua, pasti deh tidak ada namanya murid yang belum pinter.
ReplyDeleteya kan?
Wah artikel di atas cuma tulisan aja, pada dasarnya saya ya sama aja mas hehehehe... (* jadi malu...
DeletePlorotin celana
Deleteyang saya tahu,guru bodoh di indonesia banyak sekali mas.
ReplyDeletedulu,pengalaman sekolah saya sering bolos...itu karena saya mencontoh gurunya (gurunya aja sering keluar dari sekolah pada jam dinas).
dan lagi masih banyak guru yg mementingkan gaji ketimbang mutu pendidikan,gaji mau tinggi tapi tanggungjawab di abaikan.masuk asal absen aja,eh malah do gendak'an :D
Betul sekali kang Reo Adam, tunjangan di potong seribu, sudah ngamuk-ngamuk kayak orang kesurupan... bagi saya yang penting, lebih baik gaji pas-pasan tetapi guru di berikan kebebasan luas berkreasi dalam metode pengajaran tanpa di sibukkan dengan prosedural dan tata cara administrasi yang ribet....
Delete2 jempol untuk Artikelnya Sob,,,kalau menurut saya tidak ada yang bodoh, yang dibutuhkan ketika murid tidak bisa memahami pelajaran yang di berikan oleh gurunya adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai seorang Guru, Kita hanya sebagai Fasilitaor, kita hanya mengarahkan dan biarkan murid yang menemukan karena itu yang penting dalam Proses Pembelajaran. Dalam Proses Pembelajaran jangan menggunakan Teacher Center tapi gunakan Student Center
ReplyDeleteDapat ilmu baru, yang saya tau selama ini cuma islamic center, ternyata juga ada istilah dalam dunia pendidikan student center.. dan betul memang seharusnya student center..
Deletekupasan yang ciamik nih Mas. bener banget. kita harus memberdayakan generasi bangsa segera. liat saja ternyata kita bisa bikin timnas sepakbola yang bagus bukan?
ReplyDeleteBetul kang.. jadi bisa di simpulkan
Deleteini jadi teringat katanya keberhasilan seorang guru itu adalah apabila murid yang diajarkan kelak akan melampaui kemampuan dirinya, sayangnya sekarang pemerintah kadang kurang adil memberlakukan lembaga negeri dan swasta, negeri dianak emaskan swasta disia-siakan, katanya begtu sih kang
ReplyDeletebetul nggak ya
wah kurang tau ya... tapi kalau dari sudut pandang saya, mendingan swasta bisa swadaya sendiri, dari pada negeri tetapi di ikat dengan intervensi
Delete