Toko menjual mainan anak-anak

Selama tiga hari saya tinggalkan anak dan istri, karena tugas luar kota. Menjelang di hari terakhir anak-anak selalu nitip pesan oleh-oleh. "Abi jangan lupa oleh-oleh ya.." Kurang lebih seperti itulah ucapannya. Ternyata di luar dugaan jadwalnya berakhir di waktu yang tidak tepat. Yang menyebabkan jadwal kepulangan sedikit terganggu. Karena kepala sudah penuh dengan planning, akhirnya saya putuskan manggil travel, agar bisa mampir di kota berikutnya, dengan maksud dan tujuan agar ada waktu untuk beli oleh-oleh.  Setelah singgah di kota berikutnya, ternyata waktu sudah larut malam, sehingga toko menjual mainan anak-anak sudah pada mau tutup. Akhirnya saya putuskan untuk nginap saja, siapa tau besok pagi ada kesempatan untuk bergerilya mencari oleh-oleh. Kebetulan ada rumah keluarga yang bisa di gunakan untuk melepas kelelahan.

Pagi harinya, ternyata transport yang tersedia untuk menuju ke kota tempat tinggal saya, hanya ada di jam 9 pagi. Karena jarak tempuh yang masih jauh, dan kawatir kemalaman sampai di rumah akhirnya, saya putuskan berangkat jam 9 pagi tanpa membawa oleh-oleh, hanya sebungkus pentol rebus dengan saos manis dan saos pedas.

Singkat cerita setelah 5 jam perjalanan dengan melewati jalan yang terkadang mulus, ditambah ocehan pak sopir sepanjang perjalanan. Akhirnya sampai juga di home sweet home. Anak-anak menyambut dengan ceria karena dengan kedatangan abinya berarti datang pula oleh-olehnya. Setelah beberapa menit menjadi detektif dadakan yang menggeledah barang bawaan, anak-anak pada kecewa, karena ada yang tidak hadir di samping kehadiran abinya. Dengan rayuan gombal yang masih melekat saat menjadi kompor boy cap kapak 212, akhirnya anak-anak mengajak deal dari suatu kesepakatan, yaitu bermain sepuasnya di timezone dan  membeli mobil aki atau scooter. (kayaknya ni cerita sedikit di dramatisir...).

Setelah timezone sukses terjalani, tinggal mainan mobil elektrik yang bisa di naiki dan di charger, yang menjadi terget berikutnya. Setelah browser harganya cukup lumayan sekitar 1 jutaan. Sempat ingin mengurungkan niat tapi si kecil terus mengeluarkan tangisan kekecewaannya. "naik thombil... naik thombil.." begitu rengeknya. Akhirnya saya ajak berangkat ke toko mainan anak-anak, dan ternyata harganya sampai 3 jutaan... Wah gak jadi deh, mendingan beli pentol bakso...  Walaupun masih merengek dengan cantiknya, kembali rayuan di keluarkan lagi dan berhasil menggantinya dengan membeli scooter. Tapi InsyaAlloh kalau ada kesempatan baik waktu dan isi dompet, mobil elektrik akan saya beli demi senyuman para bidadariku...