Awas..! Sate ayam dari daging tikus

Sate ayam dari daging tikus, adalah pengalaman ketika jalan-jalan di kota semarang, kota tempat kuliahku dulu, Sepertinya semarang adalah kota yang tidak pantas untuk di jadikan tempat wisata kuliner, karena pengalamanku selama 4 tahun di kota semarang sudah cukup puas keliling mencari makanan yang bisa berkesan di hati. Kebetulan aku orang yang ribet dalam masalah makanan, maksudnya tidak mudah menyukai sembarang makanan. Di awal tahun pertama aku berada di kota semarang sudah menemukan kejanggalan ketika mau makan malam. Karena ketika di pasar Johar, para pedagang makanan sangat semangat untuk menjajakan masakan. Ketika aku tertarik dengan salah satu rayuan pedagang makanan, akupun memesan nasi goreng, tetapi yang di sajikan nasi goreng dengan kuah minyak goreng alias lebih banyak minyaknya dari pada nasi nya.. (hihh..) akhirnya setelah di bayar tanpa di makan, aku pindah ke warung sebelahnya, karena trauma dengan masakan yang bergoreng, maka aku mencari warung yang menawarkan menu makanan berkuah seperti bakso. Tetapi di luar dugaan ternyata makanan bakso memiliki kuah yang aneh, kuahnya sangat kental, seperti kuah yang sudah basi, akhirnya baksopun tidak di makan tetapi tetap saya bayar penuh.


Setelah itu saya ceritakan dengan teman kos, ternyata teman-teman di kos juga memiliki pengalaman yang sama dan bahkan lebih menjijikan. Seperti yang diceritakan bahwa ketika teman kos sedang makan mie ayam, bareng 4 teman yang lain. ketika semua sudah selesai menghabiskan mie ayamnya, yang terakhir salah satu dari teman menggigit mie yang kenyal setelah di keluarkan dari mulutnya ternyata buntuk tikus. Serentak teman-teman mencoba untuk memuntahkan mie yang sudah terlanjur habbis di proses oleh usus.

Sedangkan cerita teman yang lain lagi, pernah memergok langsung penjual sate ayam dari daging werok (tikus besar, sebesar kucing) yang merupakan langganan setianya, karena sate ayam yang dijual enak dan dagingnya besar-besar. Diketahuinya sate ayam dari daging werok, karena teman sebagai pelanggan tidak sengaja memasuki ruang belakang si penjual, dan melihat sekumpulan werok yang penuh kurap (penyakit kulit, karena sebagian bulunya sudah rontok) berada dalam kandang, yang siap untuk di oleh menjadi sate. Werok memang banyak berkeliaran di kota semarang, Werok bukan binatang asli indonesia tetapi dari amerika, werok banyak di temukan di daerah pelabuhan. Jadi wajar kalau werok menjadi sasaran untuk mengirit biaya produksi makanan di kota semarang. (mungkin di kota lain juga ada, kebetulan di semarang adalah kota yang pernah di alami).

Nah, kemaren aku mampir ke kota semarang lagi. Ketika lapar  menyerang aku sempat kebingungan untuk mencari makanan untuk mengisi perut. Akhirnya ku pilih tempat yang berpenampilan bersih dan agak mahal untuk ukuran kantong anak kos sih.. dan terpilihlah salah satu warung makan yang menyediakan nasi goreng. aku berharap nasi goreng kali ini tidak seperti yang pernah aku alami sebelumnya. setelah menunggu beberapa menit, datanglah nasi goreng, ternyata pengalaman terulang lagi, bentuk nasinya bukan nasi goreng, tetapi lebih cocok di sebut nasi bubur goreng. karena nasinya berbentuk bubur, padahal aku alergi dengan bubur. Akhirnya aku cabut lagi mencari tempat yang lain setelah di bayar tentunya. Aku langsung cabut ke jalan gajah mada, menuju ke jalan pemuda. sebelum persimpangan mall sri ratu, ada jejeran penjual sate ayam khas madura. Aku mencoba mampir dan memilih salah satu dari sekian banyak penjual sate ayam. Setelah memesan dan duduk santai menunggu hidangan sate ayam, aku memperhatikan si penjual dan daging yang belum di bakar, ternyata si penjual bukan orang madura (berdasarkan pengalaman sate yang di jual di jalan gajah mada penjualnya adalah orang madura). dan daging yang masih mentah terlihat mencurigakan. Setelah sate di hidangkan terlihat bentuk yang tidak biasanya, dan teringat cerita dari teman tentang sate ayam dari daging werok. akhirnya kuputuskan makan satu tusuk saja, kemudian ku bayar dan cabut ke hotel. dan berhenti mencari makan lagi walaupun perut masih terasa lapar.

Aku share cerita ini bukan untuk memojokkan kota semarang, kota semarang adalah kota yang penuh pengalaman indah bagiku, tetapi untuk urusan masakan aku agak kecewa. dan aku berharap share kali ini bisa menjadikan kita lebih berhati-hati dalam urusan mencari makan.

Post a Comment

16 Comments

  1. wah wah itu sih namanya penpuan akan hak hak konsumen bos memang perlu di tindak lanjuti yang seperti ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sob jika perlu transtv adakan investigasi tentang sate ayam nih

      Delete
  2. wah award gimana ya..? jadi penasaran nih

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. iya sob.. klo terang2an jual sate tikus masih mending..

      Delete
  4. Jogja ya begitu juga :( rumah makan banyak tikusnya, rm besar pdhl :-s

    ReplyDelete
  5. Kalau yang depan pangkalan bun park gimana pak?? Katanya sih penjual pentol daging kucingnya udah digelandang ke polres... n_N

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahduh.. klo beritanya seperti itu.. bisa membuat cita-cita jadi penjual pentol kandas di jalan nih...

      Delete
  6. Sepertinya dijaman sekarang ini kalau kita mau cari makanan atau sate memang harus hati-hati dan waspada, soalnya banyak yg gak jujur yah.
    Terima kasih banyak sobat, informasinya sangat membantu sekali.

    ReplyDelete
  7. Ya ampun sob.. kasian banget. AKu ngebayangin segala rupa nasi sampai baksonya., ihz. Jadi waspada ini kalau ke Semarang. Hmmm, mending berwisata kuliner di Bogor aja sob lebih aman, sudah enak murah lagi! Jangan lupa, bersih dan halal juga ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah mau banget main ke bogor.. tapi gak tau jalan, taunya cuma semarang...

      Delete
  8. mksih mas info nya sangat membantu sekali kami suka sma yang nama nya satemas //selladrtrenunanjiwa.blogspot.com/

    ReplyDelete